NGANJUK – Kain
batik Anjuk Ladang khas Nganjuk kini kembali mulai diminati pasar. Tidak hanya mampu
menarik masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk memakainya, namun juga warga dari
luar kota hingga turis mancanegara tertarik dengan keunikan batik tradisional
tersebut.
Kerajinan
kain batik ini merupakan kerajinan tradisional khas Nganjuk mulai bergairah bangkit
kembali . Setelah sempat vakum beberapa tahun, kini mulai bermunculan perajin
kain batik tradisional Anjuk Landang yang menjadi ciri khas Nganjuk.
Setidaknya
sudah ada beberapa perajin batik yang sudah mulai bangkit menekuni kerajinan
membatik. Terlebih setelah mendapat support dan bimbingan dari pemerintah
daerah semakin membuat perajin kian bersemangat.
Salah
satu bentuk suport itu, sejumlah dinas dan satker di Pemkab Nganjuk mulai
memborong kain batik khas Anjuk Ladang untuk seragam kerja. Perajin sendiri
kini mulai membuat sejumlah varian hasil kerajinan kain batik.
Ada
batik cap-capan yang dapat diproduksi massal dengan harga yang lebih terjangkau
untuk kalangan menengah.
Namun
juga ada produk kain batik medium hasil kerajinan tangan para pembatik
tradisional. Untuk kalangan atas juga ada kain batik premium dari kain sutera
dengan batik corak yang lebih halus.
Masing-masing
jenis kain batik ini memiliki harga yang berbeda-beda. Kain batik cap-capan
harganya cukup ekonomis dijual Rp 180.000 untuk ukuran 240 x 115 cm.
Namun untuk kain batik
medium yang dikerjakan dengan ketrampilan tangan para pembatik harganya
dibandrol Rp 300.000. Sedangkan kain batik untuk kalangan atas dari kain sutera
harganya bisa mencapai Rp 2 juta per potong.
Harga yang dirasa cukup mahal tentunya bagi beberapa
orang namun jangan kawatir harga tersebut sebanding dengan barang yang akan
diperoleh yaitu batik khas Nganjuk yang sangat bagus dengan corak khasnya dan
dijamin lebih terjaga keawetannya
Ada beberapa motif dan salah satu motif yang
dikembangkan adalah corak gambar Candi Ngetos.Dan kebetulan tempat tinggal para
pembatik ada di sekitar bangunan candi yang menjadi tempat perabuan Raja Hayam
Wuruk dari Kerajaan Majapahit.
Kebangkitan
kerajinan batik ini menjadikan anak-anak muda di kawasan lereng Gunung Wilis
sudah banyak yang menekuni teknik membuat batik tulis. Apalagi batik sudah
diakui sebagai warisan budaya leluhur oleh Unesco.
Dikonfirmasi
terpisah Kepala Diskoperindag Kabupaten Nganjuk Drs RR Heni Rochtanti,MM telah
melakukan pembinaan terhadap para perajin batik khas Nganjuk.
Salah
satu upayanya yaitu mengirimkan beberapa pembatik belajar membatik di Solo.
Langkah tersebut ditujukan agar dapat menumbuhkan perajin baru pembatik untuk
mengembangkan corak khas Nganjuk.
"Alhamdullilah,
Sekarang sudah banyak perajin batik Nganjuk kita yang sudah eksis. Bahkan order
pesanannya pun cukup banyak," jelasnya.