Rabu, 11 Mei 2016

UKM Batik Nganjuk

    


NGANJUK – Kain batik Anjuk Ladang khas Nganjuk kini kembali mulai diminati pasar. Tidak hanya mampu menarik masyarakat Kabupaten Nganjuk untuk memakainya, namun juga warga dari luar kota hingga turis mancanegara tertarik dengan keunikan batik tradisional tersebut.
Kerajinan kain batik ini merupakan kerajinan tradisional khas Nganjuk mulai bergairah bangkit kembali . Setelah sempat vakum beberapa tahun, kini mulai bermunculan perajin kain batik tradisional Anjuk Landang yang menjadi ciri khas Nganjuk.
Setidaknya sudah ada beberapa perajin batik yang sudah mulai bangkit menekuni kerajinan membatik. Terlebih setelah mendapat support dan bimbingan dari pemerintah daerah semakin membuat perajin kian bersemangat.
Salah satu bentuk suport itu, sejumlah dinas dan satker di Pemkab Nganjuk mulai memborong kain batik khas Anjuk Ladang untuk seragam kerja. Perajin sendiri kini mulai membuat sejumlah varian hasil kerajinan kain batik.
Ada batik cap-capan yang dapat diproduksi massal dengan harga yang lebih terjangkau untuk kalangan menengah.
Namun juga ada produk kain batik medium hasil kerajinan tangan para pembatik tradisional. Untuk kalangan atas juga ada kain batik premium dari kain sutera dengan batik corak yang lebih halus.
Masing-masing jenis kain batik ini memiliki harga yang berbeda-beda. Kain batik cap-capan harganya cukup ekonomis dijual Rp 180.000 untuk ukuran 240 x 115 cm.
Namun untuk kain batik medium yang dikerjakan dengan ketrampilan tangan para pembatik harganya dibandrol Rp 300.000. Sedangkan kain batik untuk kalangan atas dari kain sutera harganya bisa mencapai Rp 2 juta per potong.
Harga yang dirasa cukup mahal tentunya bagi beberapa orang namun jangan kawatir harga tersebut sebanding dengan barang yang akan diperoleh yaitu batik khas Nganjuk yang sangat bagus dengan corak khasnya dan dijamin lebih terjaga keawetannya
      

     Ada beberapa motif dan salah satu motif yang dikembangkan adalah corak gambar Candi Ngetos.Dan kebetulan tempat tinggal para pembatik ada di sekitar bangunan candi yang menjadi tempat perabuan Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit.
Kebangkitan kerajinan batik ini menjadikan anak-anak muda di kawasan lereng Gunung Wilis sudah banyak yang menekuni teknik membuat batik tulis. Apalagi batik sudah diakui sebagai warisan budaya leluhur oleh Unesco.
Dikonfirmasi terpisah Kepala Diskoperindag Kabupaten Nganjuk Drs RR Heni Rochtanti,MM telah melakukan pembinaan terhadap para perajin batik khas Nganjuk.
Salah satu upayanya yaitu mengirimkan beberapa pembatik belajar membatik di Solo. Langkah tersebut ditujukan agar dapat menumbuhkan perajin baru pembatik untuk mengembangkan corak khas Nganjuk.

"Alhamdullilah, Sekarang sudah banyak perajin batik Nganjuk kita yang sudah eksis. Bahkan order pesanannya pun cukup banyak," jelasnya.